Oleh: Hatoguan Sitanggang
Buah Andaliman sudah sangat tidak asing lagi khususnya untuk kalangan orang Batak.
Hampir disetiap Lapo (warung makan khusus Batak) selalu menyuguhkan hidangan dengan bumbu atau sambal yang salah satunya ada Andaliman.
Walau tergolong pedas, namun kelezatan buah Andaliman bagi orang Batak sungguh tiada duanya.
Di Kabupaten Samosir, salah satu wilayah yang tergolong penghasil buah Andaliman adalah Partukkoan, buah Andaliman Organik hasil dari tanaman masyarakat yang menamakan diri sebagai Kelompok Tani Hutan Tusam Mandiri Dot Com (KTHTMDC).
Sebagai warga asli Kabupaten Samosir, saya sama sekali tidak mengetahui seperti apa cara tanam, pemeliharaan maupun hasil dari tanaman Andaliman Organik ala KTHTMDC tersebut.
Tak mau ketinggalan berita dan informasi, saya bersama-sama beberapa rekan Media Samosir lainnya akhirnya pergi menjelajahi perbukitan Samosir untuk mengetahui seperti apa budidaya Andaliman khas Partukkoan Organik yang yang dibina KPH 19 UPTD Dolok Sanggul Dinas Kehutanan Propinsi Sumatara Utara yang terletak di Partukkoan Desa Salaon Dolok, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir tersebut.
Dengan menempuh perjalanan sekitar 20 kilometer dengan waktu tempuh 1,5 jam akibat sarana dan prasarana yang kurang memadai, akhirnya kami sampai
ditempat tujuan.
Dengan dipandu salah seorang petani hutan yang bernama Tengeng Malau (50), kita berkeliling hutan sambil mengorek berbagai informasi keunikan dari pada tanaman khas Batak ini.
Di sepanjang perjalanan, Malau menceritakan, bahwa didaerah itu mereka masih menanam pohon Andaliman disela-sela pohon-pohon yang tumbuh lebat dihutan mirip kayak Tumpang Sari, dimana sistem perawatan yang lakukan sama dengan perawatan seperti yang dilakukan diladang sendiri, dengan penggunaan pupuk kimia yang tidak berlebihan.
Kepada kami Malau menyebutkan, bahwa mereka bernaung pada Kelompok Tani Hutan Tusam Mandiri Dot Com, (KTHTMDC) Binaan KTH 19 Dinas Kehutanan Propinsi UPTD Dolok Sanggul.
Para petani ini dibina untuk menjadi kelompok tani hutan berpenghasilan, sekaligus melindungi hutan dari pembalakan hutan.
Menurut keterangan para petani yang penulis peroleh dari perbincangan itu, bhwa Andaliman merupakan tanaman budidaya yang tumpang sari pada areal hutan dapat membantu ekonomi masyarakat. Sementara Dinas Kehutanan juga dapat terbantu untuk menjaga hutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selain sibuk bercocok tanam, para petani ini juga tidak hanya tinggal diam menunggu hasil. Tetapi mereka juga sering membuka forum rapat diskusi dalam menyikapi meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani, khususnya penentuan harga produksi Andaliman yang saat ini lagi panen raya,yang kadang tidak stabil.
Dalam tulisan ini, sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap keberlangsungan hidup para petani Andaliman Organik tersebut, kepada pemerintah setempat, penulis meminta adanya perbaikan infrastruktur jalan untuk memperlancar mobilitas masyarakat petani Andaliman Organik dari Partukkoan, demi peningkatan kesejahteraan warga sekitar*****