PELALAWAN, RIAU
MediaTransparancy.com
– Suaka Margasatwa Kerumutan, benteng terakhir keanekaragaman hayati Riau, kini berada di titik nadir. Perambahan hutan yang menggila, dibiarkan tanpa ampun, telah merobek jantung hutan gambut ini, mengancam kepunahan total ekosistem yang tak ternilai. Konsekuensinya? Riau di ambang bencana banjir yang jauh lebih dahsyat dari prediksi tahun 2025, Rabu 19/03/2025.
Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan, dengan luas 120.000 hektar, bukan sekadar hutan. Ia adalah rumah bagi satwa langka seperti harimau sumatera, beruang madu, dan puluhan spesies lainnya. Lebih dari itu, ia adalah paru-paru bumi, penyimpan air raksasa yang menjaga keseimbangan iklim dan mencegah bencana hidrologi.
Namun, keserakahan manusia telah membutakan mata. Pembukaan lahan sawit ilegal, penebangan liar, dan Alih fungsi hutan telah mengubah hutan Suaka Margasatwa Kerumutan menjadi ladang kehancuran. Lahan gambut yang kering dan menganga tak lagi mampu menyerap air hujan, mengirimkan jutaan meter kubik air ke hilir, mengancam pemukiman dan lahan pertanian.
“Ini bukan lagi soal kerusakan lingkungan, ini adalah kejahatan kemanusiaan!” tegas Soni, SH MH, Ketua Umum Organisasi Lingkungan Hidup AJPLH (Aliansi Jurnalis Penyelamat Lingkungan Hidup) dengan nada geram. “Pemerintah dan aparat penegak hukum harus bertindak tegas.
Jangan biarkan Kerumutan mati, jangan biarkan Riau tenggelam!”
Soni mendesak pemerintah untuk: Menindak tegas pelaku perambahan hutan, tanpa pandang bulu. “Tangkap dan adili para cukong dan mafia yang bermain di balik layar. Jangan biarkan mereka terus merusak hutan dengan impunitas,” serunya.
Meningkatkan patroli dan pengawasan di kawasan Kerumutan. “Kerahkan semua sumber daya untuk melindungi hutan ini. Jangan biarkan para perambah hutan leluasa beraksi,” tegasnya.
Merehabilitasi lahan gambut yang rusak. “Ini adalah investasi jangka panjang untuk mencegah banjir dan memulihkan ekosistem Kerumutan,” jelasnya.
Memberdayakan masyarakat lokal. “Libatkan masyarakat dalam upaya pelestarian hutan. Berikan mereka alternatif mata pencaharian yang berkelanjutan,” katanya.
“Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan adalah warisan kita, titipan anak cucu. Jangan biarkan mereka mewarisi bencana,” pungkas Soni.
Krisis Kerumutan bukan hanya masalah Riau, tetapi masalah Indonesia, bahkan dunia. Hutan gambut adalah penyumbang emisi karbon terbesar. Kerusakan Kerumutan mempercepat perubahan iklim, mengancam kehidupan di seluruh planet.
Saatnya bertindak! Selamatkan Kerumutan, selamatkan Riau, selamatkan bumi! (TIM)
Penulis : Damilus
Editor : Fitri