BALI, MEDIATRANSPARANCY.COM – Sebagai upaya meningkatkan kapasitas wawasan kerukunan, FKUB DKI Jakarta melaksanakan beberapa agenda kunjungan di Bali, salah satunya berdialog dengan pengurus FKUB Bali, pada Selasa (18/2) sore, di aula Puri Pasraman Hindu Bali, Klungkung, Bali.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menimba ilmu tentang menata kerukunan umat beragama dari provinsi yang merupakan peringkat 3 besar indeks Kerukunan Umat Beragama berdasarkan survey Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag tersebut.
Dalam sambutannya, ketua FKUB Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet menceritakan sejarah panjang Bali dari kekuasaan kerajaan Gelgel di abad 15-17 hingga peristiwa heroik perang Puputan (artinya perang habis-habisan) pada 28 April 1908 yang mengakibatkan banyaknya korban berjatuhan dan jatuhnya Bali ke tangan Belanda.
“Hal ini penting kami sampaikan, karena nanti akan ada kaitannya dengan kerukunan di Bali” ujarnya.
Kemudian Ida Penglingsir melanjutkan dengan sebuah kisah unik bahwa setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, adipati kerajaan Bali menjadi raja yang kekuasaannya meliputi Blambangan-Pasuruan di barat hingga Bone di sebelah timur. Yaitu saat sang raja berkunjung ke Blambangan, terdapat 40 muslim yang siap menjadi abdinya. Mereka dibawa ke sebuah wilayah bernama Gegel, namun tidak dijadikan Hindu. Bahkan Gelgel dijadikan sebagai perkampungan umat Islam di Bali.
“Leluhur kita sudah memiliki toleransi sejak dulu, maka tidak selayaknya kita memprovokasi yang Islam jadi Hindu atau sebaliknya” lanjut Ida Penglingsir.
Menurutnya kerukunan adalah sebuah titah yang harus ditaati. Pertama titah agama, bahwa di semua agama mengajarkan kerukunan. Kedua, titah bangsa dan negara, bahwa bangsa Indonesia sudah sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar kita berbangsa dan bernegara. Ketiga, adalah titah budaya, bahwa setiap daerah memiliki filsafat kerukunan.
“Terakhir, adalah titah leluhur. Hindu Bali itu kental dengan warisan leluhurnya atau disebut Panca Sradha. Di abad 11, Bali kacau balau, ada 9 sekte Hindu dan melahirkan banyak kampung. Mereka diundang di sebuah pura dan sepakat untuk menyatukan ajarannya dan menjadi Hindu Bali, ini meruerupakan ajaran kerukunan.” pungkasnya.
Saat memberikan sambutan, Ketua FKUB DKI Jakarta Prof. Dede Rosyada menyampaikan tentang tujuannya berkunjung ke FKUB Provinsi Bali.
Yaitu belajar bagaimana cara mendorong mutual understanding di masyarakat tentang pentingnya berbangsa dan bernegara, dengan mengambil persamaan sebagai bangsa Indonesia? Kedua, bagaimana meyakinkan umat oleh masing-masing tokoh agama untuk menuju mutual understanding tersebut tanpa harus memutus agama?
“Bahwa tujuan kami kesini yaitu untuk shoping, tapi kalau gak mau dijual ya gak kita beli” ujarnya.
Dede juga menyatakan bahwa “founding fathers kita menghendaki terjadi kerukunan antar anak bangsa dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika-nya. Dan hari ini pilarnya adalah FKUB” pungkasnya disambut tepuk tangan para tamu yang hadir.
Acara tersebut dilanjutkan dengan Dialog Kerukunan, ditutup dengan bertukar cinderamata dan makan malam bersama.
Turut hadir dalam acara tersebut pengurus FKUB DKI Jakarta, pengurus FKUB Bali, MUI Bali, PITI, MATAKIN, PGI, PHDI, dan Perempuan Lintas Agama Bali.
Penulis :Dhani