JAKARTA, MediaTransparancy.com – Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama DepositoBPR by Komunal telah menyelenggarakan kegiatan edukasi Fintech Talk bertema “Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan: Harapan Baru Akselerasi Inklusi Keuangan” berlokasi di Ruang Anggrek North Tower Sampoerna Strategic Square Lantai 3A, Jakarta. Acara yang
dilaksanakan pada tanggal 23 April 2025 ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada peserta mengenai Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK) sebagai salah satu Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), dan dampak pemanfaatan sejauh ini. Jakarta, 23 April 2025.
Industri PAJK menjadi salah satu katalis utama dalam transformasi digital sektor keuangan di Indonesia. Dengan kemampuan mengintegrasikan berbagai produk keuangan dari lembaga jasa keuangan seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), PAJK membuka akses yang lebih luas dan efisien bagi masyarakat untuk memperoleh layanan simpanan deposito secara digital. Inovasi ini tidak hanya mempercepat inklusi keuangan, tetapi juga meningkatkan transparansi dan kemudahan transaksi, sehingga mendorong pertumbuhan ekosistem fintech yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam sambutan pembuka, Wakil Ketua Umum III AFTECH, Anggie Ariningsih, menekankan pentingnya mendorong inovasi keuangan yang inklusif sebagai bagian dari transformasi ekonomi nasional. “Platform PAJK yang terintegrasi dengan BPR merupakan inovasi yang menjembatani kebutuhan masyarakat akan akses keuangan yang lebih mudah, aman, transparan dan terjangkau. Sebagai asosiasi, AFTECH mendorong kolaborasi lintas sektor agar pemanfaatan teknologi finansial semakin memperluas jangkauan layanan keuangan ke seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jimmy Ardianto, dalam penyampaian keynote speech menekankan bahwa jaminan simpanan merupakan elemen penting dalam meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan: “Ditengah transformasi digital sektor keuangan, LPS terus mendorong kolaborasi antara PAJK dengan BPR untuk dapat meningkatkan akses keuangan kepada masyarakat yang lebih inklusif dengan tetap menjaga kepercayaan publik,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama dalam penyampaian keynote speech, Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto (IAKD) OJK, Djoko Kurnijanto menyampaikan bahwa inovasi yang terukur dan bertanggung jawab dapat menjadi solusi nyata bagi pendalaman pasar dan perluasan akses keuangan. “PAJK adalah salah satu bentuk konkret dari adaptasi teknologi di sektor jasa keuangan yang dapat memperluas inklusi, memperkuat intermediasi, dan meningkatkan efisiensi pasar keuangan. Ke depan, OJK akan terus mendorong inovasi yang bertanggungjawab melalui regulatory sandbox dan didukung implementasi UU PPSK Tahun 2023 dan POJK No.4 Tahun 2025 terkait Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan yang adaptif dalam sektor jasa keuangan,” tegasnya.
Sebagai bagian dari kegiatan ini, AFTECH mengadakan sesi diskusi panel yang dipandu oleh Nabilla Prita Fiandini selaku Assistant Manager MicroSave Consulting (MSc) Indonesia dan menghadirkan narasumber yang memilik kompetensi di bidangnya, antara lain Direktur Utama, Komunal Sejahtera Indonesia (KSI), Kendrick Winoto yang menyampaikan bahwa
digitalisasi dan agregasi produk deposito pada BPR dilakukan untuk menjawab tantangan keterbatasan akses dan transparansi di sektor keuangan mikro. Inisiatif ini bertujuan memperluas inklusi keuangan dengan memudahkan masyarakat mengakses produk deposito secara digital. Direktur Utama BPR Artatama, Murni Pandiangan menyoroti bahwa BPR memiliki potensi besar dalam mendukung inklusi keuangan yang senada dengan perubahan perilaku nasabah menuju digital mendorong jasa keuangan untuk menyesuaikan proses internal dan berkolaborasi dengan platform seperti PAJK dalam memperluas jangkauan untuk
meningkatkan distribusi produk keuangan serta mendukung inklusi keuangan di daerah-daerah terpencil. Di sisi lain, Certified Financial Planner, Ibu Lolita Setyawati, CFP, RIFA, QWP menyebutkkan bahwa tantangan terbesar masih ada pada literasi keuangan dan kebiasaan pengelolaan dana yang belum merata serta akses teknologi yang belum sepenuhnya inklusif.
Perencana keuangan menegaskan untuk terus mendorong pelindungan konsumen sekaligus meningkatkan edukasi agar pengguna dapat membuat keputusan finansial cerdas dan aman.
Fintech Talk ini menjadi wadah komunikasi dalam mengidentifikasi peluang dan risiko dari pemanfataan PAJK di sektor keuangan sehingga diskusi yang dilakukan mencakup berbagai aspek pendorong dalam mendukung adopsi dan pemanfaatan PAJK di sektor keuangan, serta menjadi bagian dari upaya kolaboratif antara regulator, industri, asosiasi dan masyarakat dalam
mewujudkan sistem keuangan yang lebih inklusif, sesuai dengan target inklusi keuangan pemerintah sebesar 90% pada tahun 2029. AFTECH berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif yang mengedepankan prinsip keamanan dan kemudahan untuk mendorong inklusi, pelindungan konsumen, dan pemanfaatan teknologi secara bertanggung jawab.
(Siaran Pers) Narahubung: Sekretariat AFTECH