JAKARTA, MEDIA TRANSPARANCY – Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jakarta Utara memperingati Haul Guru Bangsa yaitu, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-10 di Masjid Al-Mubarokah, Pademangan, Jakarta Utara, Jum’at, (27/12).
Acara tersebut diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama dan dilanjutkan dengan diskusi Pelajar dengan tema “Belajar Dari Peran Gusdur untuk Pendidikan dan Kebudayaan dalam Membangun Peradaban”.
“Mereka akan Tahlil bersama dan Diskusi mengenai peran Gusdur dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan bagaimana mereka melihat sosok Gus Dur,” kata ketua PC IPNU JAKUT Fahmi Hasan, Jumat sore (27/12/2019).
Setelah tahlil selesai meranjaklah kita pada acara selanjutnya yaitu diskusi bersama para pelajar Ipnu Ippnu dengan moderator rekanita Nabilla Hairunnissa,
bersama 3 Narasumber yaitu, Ade Pradiansyah (Gusdurian Ciputat), Cak Rohim (Lesbumi Jakarta Utara) dan Apek Saiman (Pengamat Peradaban).
Moderator membuka dialog tersebut dengan mengatakan “Dari sejarah kita belajar tentang kemajuan peradaban bukan diperoleh dengan berdiam diri, tetapi hasil dari dialog dengan peradaban lainnya. Demikian pula tidak akan lahir dialog tanpa keterbukaan cara berpikir. Gus Dur adalah sosok yang mampu mengambil peran tersebut dengan sangat baik” Jelas Nabila.
Materi pertama disampaikan oleh Ade Pradiansya mengenai peran Gusdur dalam membangun peradaban pendidikan selaku Gusdurian, ia menambahkan,
“peringatan haul ke-10 merupakan forum netral sebagai wadah para pelajar untuk sharing bersama mengenang kegigihan Gusdur untuk melakukan peradaban dalam pendidikan.” Paparnya.
Materi kedua disampaikan oleh Cak rohim mengenai peran gusdur dalam membangun peradaban dalam kebudayaan ia mengatakan “Kebudayaan adalah seni hidup itu sendiri (the art of living) yang mengatur kelangsungan hidup yang menghasilkan pilar-pilar untuk menjaga tatanan sosial. Hanya dalam arti itu tradisi dan adat istiadat menjadi nilai yang pantas dipertahankan.” Ujarnya.
Gus Dur mencontohkan, jika makan kebutuhan alam, maka seluruh jenis usaha memenuhi kebutuhan dasar manusiawi dan sistem sosial yang lahir dari sana adalah kebudayaan. Maka seluruh perangkat ekonomi juga dipandangnya sebagai kebudayaan. Begitupun pula ranah kehidupan manusia lainya. Maka kritik atas kekuasaan negara dan pemerintah dipandang sebagai aksi kebudayaan pula.
Materi ketiga yaitu mengenai ‘peran pemikiran gusdur bagi peradaban hingga saat ini, oleh Apek Saiman selaku (pengamat peradaban), ia mengatakan “Bangsa yang memiliki peradaban tinggi sangat menjunjung tinggi keterbukaan pola pikir”, katanya.
Presiden ke-4 RI, Gus Dur ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Semasa hidup, Gus Dur yang mantan Ketua Umum PBNU, dikenal sebagai bapak pluralisme, tokoh HAM dan negarawan. Kiprahnya tak hanya level nasional, namun juga internasional.
Gus Dur yang wafat 30 Desember 2009 merupakan cucu pendiri Nahdlatul Ulama yang juga pendiri Ponpes Tebuireng, Hadratusyaikh KH Hasyim Asyari ini dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Ponpes Pesantren Tebuireng, Jombang.
Penulis : Nabila.N