Samosir, mediatransparancy.com – Pelebaran Jalan Gonting, Desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, yang dikunjungi dan disuruh dihentikan sementara oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Komisi B, atas laporan salah satu Ormas belum lama ini, membuat warga pengusaha kios mengeluh.
Katarina Situmorang Op. Rosa. (58) warga Turpuk Malau, Kecamatan Harian, bertemu dengan mediatransparancy.com di Jalan Gonting, Minggu 19 Juni 2022. Ia menyampaikan keluhanya lewat media ini kepada Presiden Republik Indonesia Jokowidodo.
“Bapak Jokowi tolong, tolong bapak Jokowi kami, perhatikan ini Harian Boho, jalan ini menuju ke Sibeabea yang bapak Jokowi dulu setujui itu,” sebut Katarina, seraya membuat tanganya bersembah kearah kamera.
Keluhanya disampaikan bercampur dengan bahasa batak toba.“Bapak Jokowi Bereng ma Hami Dison, On Dalan tu Pariwisata terbesar di dunia, Pature Hami Masyarakat na adong di Gotting on”.
Katarina membujuk Jokowi, atas kedatangan anggota DPRD provinsi untuk menghentikan sementara pembuatan rest area tersebut. “Kenapa ini dihambat, apa mereka tidak kasihan melihat kami,” ungkapnya sedih.
“Tolong Bapak Jokowi, tolong bapak Jokowi, mohon, hami marsomba, sampulu jari jari pasampulu sada simanjujung, hami dihalak batak. Tolong bapak Jokowi perbaiki on, lean roham tu provinsi, tu kabupaten asa bagak dalan nami on tu sibea bea an, asa on, pariwisata na terhebat di dunia. Tolong hami masyarakat na adong dison, on do dalan ni ngolu nami, sahat tu gellengnami, boi marsikkola gellengnami, sedangkan bantuan sian na asing dilean hamuna, hape on, pengen hami naeng bahagia dison mangalului masa depan ni gellengnami”.
Katarina menyampaikan permohonanya dengan bersembah sebagaimana orang Batak, agar Presiden Jokowi memberi perhatianya mengatasi permasalahan jalan Gonting, karena itu merupakan akses menuju objek wisata Sibeabea. Ia mengaku sudah menggantungkan kebutuhan hidup keluarganya, dari penjualan daganganya yang berada dipinggir jalan Gonting.
“Pakai hati nurani pemerintah provinsi, ini gak adil bapak Jokowi, digantung-gantung ini pembangunan ini, itulah mohon saya kepada bapak Jokowi, mohon perhatikan, seribu kali mohon bapak Jokowi, trimakasih,” pintanya.
Senada juga disampaikan A. Okta Limbong (44) warga Turpuk Limbong, yang juga merupakan salah seorang pemilik kios dipinggir jalan Gonting. Ia sependapat dengan Katarina Situmorang, supaya pelebaran jalan dan pembuatan rest area dilanjutkan. Karena menurutnya dari hasil pertanian sudah tidak mencukupi lagi membiayai hidup dan menyekolahkan anaknya.
“Saya berharap supaya Jokowi memberikan ijin pelebaran jalan dan pembuatan Rest Area di jalan Gonting ini,” harapnya.
Kemudian, seorang wanita pelaku usaha lainya, juga menyampaikan keluhanya, atas kedatangan DPRD Sumut, sehingga pembuatan Rest Area dihentikan.
“Tentang kedatangan DPRD Provinsi, sayapun tidak tau sebenarnya, heran melihat DPR itu, utusan dari partai mana itu, saya tidak tau, saya sebagai warga heran, dia itu pro rakyat atau pro bagaimana? padahal kami sangat beruntung dengan adanya pelebaran ini, tidak ada macet. Seperti tahun lalu, akibat ramenya pengunjung, macet. Akibat galian ini, jualan kami laku di Gonting ini. tapi dia datang tidak ada menanyakan kami sebagai masyarakat. Cuma berdiri, berbicara dengan orang orang, tanpa menghadirkan masyarakat dan tidak minta pendapat pada masyarakat. Dia itu kan wakil kami, wakil di provinsi, kok bisa gitu bapak itu, tidak pro rakyat, sangat dirugikanlah kami disini, akibat kehadiranya,” ungkapnya dengan wajah kesal.
Ia mengaku telah sepakat bersama masyarakat disekitar untuk memohon kepada presiden Jokowi. Bahkan mereka siap mengumpulkan warga Harian, untuk membuat permohonan pada Jokowi. Supaya jalan pariwisata itu dikembangkan.
“Kami bermohon agar ini dilaksanakan pelebaranya, supaya, dengan lebarnya jalan ini, adanya rest area, kami juga pelaku usah disini akan laris dagangan kami, akan maju kami, meningkatkan pendapatan kami, mengingat kondisi sekarang, pertanian juga susah,” keluhnya.
Lebih lanjut dijelaskanya, pelaku usaha dijalan Gonting sebanyak 15 keluarga, berpenghasilan minimal 100 ribu rupiah perhari. Pada saat Sibeabea buka, penghasilan mereka bisa mencapai sampai 3 juta rupiah perharinya, hanya menjual Kopi, Teh dan Mie Kuah.
“DPRD Sumut tolonglah pro rakyat, bapak mau maju 2024, untuk apa ada dewan kalau kami tidak bisa mengadu. Sebenarnya bapak itu, untuk apanya datang kesini, pro masyarakat atau bagaimana?,” tanyanya.
Dijelaskanya bahwa pelebaran jalan itu merupakan permintaan masyarakat kepada Pemkab Samosir, mengingat kemacetan yang terjadi akibat pengunjung Sibeabea pada saat musim libur. Soal limbah galian, diberikan kepada masyarakat dengan cuma-cuma.
“Sudah terbukti dengan adanya galian ini, berapapuluh bangunan warga yang tidak layak dibangung, jadi bisa dibangun karena ada timbunan ini,” katanya.
Ternyata, berapa pemilik kios menyaksikan bahwa limbah galian pelebaran jalan Gonting juga dimanfaatkan masyarakat dengan gratis, termasuk ketua komunitas masyarakat dan perantau asal Samosir (Kompas) Kecamatan Harian Madison Situmorang yang akrab disebut Panjeje.
Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Ketua Kompas Kecamatan Harian Madison Situmorang, di rumahnya di Onan Rihit Desa Turpuk Limbong, ia mengaku, banyak warga yang menggunakan limbah galian tersebut.
Madison juga mengaku mengambil limbah galian jalan Gonting sebanyak sepuluh truk untuk menimbul lahan milik saudaranya secara cuma-cuma “Jadi kita gak usah munafik juga,” katanya. Menurutnya, untuk mendapatkan limbah galian itu, ia tidak perlu menggunakan surat. “Gak terlalu rumit, baiknya orang itu,” singkatnya.
Sebelumnya telah diberitakan kedatangan anggota DPRD Sumut dari komisi B bersama dinas kehutanan, melakukan kunjungan kerja ke Jalan Gonting, 10 Juni lalu.