MEDIA TRANSPARANCY – Kerangka Patung Tuhan Yesus yang masih tahap pembangunan menggunakan konstruksi besi, terletak di Desa Janji Martahan dan Desa Turpuk Sihotang, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, menjadi ajang bisnis oknum Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Patung Tuhan Yesus yang belum selesai dibangun alias belum berbentuk, masih kerangka besi yang disebut sebut sebagai patung Tuhan Yesus tertinggi di dunia itu, saat ini telah dipromosikan Pemerintah Kabupaten Samosir dengan menjual tiket masuk kawasan pembangunan wisata dengan mengatasnamakan salah satu Yayasan.
Pihak Yayasan yang konon katanya bekerja sama dengan Pemkab Samosir itu, membuat portal sebagai posko pemungutan retribusi kendaraan dan orang yang akan masuk kawasan wisata untuk melihat Patung Tuhan Yesus tersebut. Ternyata, Patung yang akan dilihat masyarakat pengerjaannya belum selesai alias masih kerangka besi. Ironinya, Pemkab Samosir dan Yayasan pengelola telah menetapkan tinggi rendahnya retribusi yang ditagih menggunakan karcis atas nama Yayasan.
Penagihan retribusi tidak masalah asalkan dasar hukumnya atau Peraturan Daerahnya (Perda) dan tempat wisata yang di sajikan telah memenuhi standar wisata, bukan wisata-wisataan yang berdalih untuk Pungutan Liar (Pungli).
Dari pantauan di lokasi wisata patung Tuhan Yesus di daerah Sibeabea Samosir, tingginya patung yang masih tahap pembangunan tersebut masih berdiri Cran alat bekerja. Sementara hasil pantauan dilapangan volume pengerjaan patung tersebut belum mencapai 75 persen, dan masih terlihat kerangka besi yang terbuat dari Habem bukan ukuran besar. Seperti terlihat dalam Poto yang langsung di ambil dilokasi pembangunan.
Menurut informasinya, pembangunan infrakstruktur pendukung menuju patung tersebut sudah menelan biaya puluhan milliar rupiah dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dilokasi Patung Yesus yang di kelola oleh Yayasan Jadilah Terang Danau Toba (YJTDT).
Parlin (46) bukan nama asli, salah seorang wisata atau pengunjung patung yang sudah pernah naik ke perbukitan Sibeabea itu mengatakan, diseluruh sisi, baik di arah Timur, Selatan, Barat, dan arah Utara, masih membahayakan karena belum ada pagar pengaman dilokasi wisata yang berada diatas permukaan Danau Toba tersebut. Lokasi wisata yang sudah diagung-agungkan hingga muncul di medsos itu, masih amburadul tanpa pagar pengaman sebagaimana standarisasi wisata yang harus nyaman bagi pengunjung. Jika pengunjung tergelincir langsung ke jurang atau tebing bukit, sehingga tempat wisata patung Tuhan Yesus itu belum layak, atau masih mengecewakan masyarakat pengunjung alias “api masih jauh dari panggang.
Seharusnya tempat wisata Sibeabea tersebut belum layak dibuka, apalagi
menagih retribusi. Sebab Perdanya saja belum ada tapi sudah memungut retribusi menggunakan tiket masuk. ” Itu merupakan perampokan uang pengunjung”, ujar Parlin, 5/5/2021.
Menanggapi penagihan retribusi yang dilakukan pengelola bekerja sama dengan Pemkab Samosir tersebut, penjaga portal, Siringo Ringo mengatakan ” ini sebagai promosi pak, yang sudah bekerja sama antara Yayasan pengelola dengan Pemkab Samosir”, ujarnya dilokasi portal pintu masuk Sibeabea Samosir. Terkait hal ini pihak Pariwisata Pemkab Samosir, dan Bupati Samosir, belum dapat diminta tanggapannya.
Reporter: P. Sianturi Baca Juga!!
https://www.mediatransparancy.com/24-milyar-anggaran-untuk-2-objek-wisata-baru-di-samosir/