banner 728x250

Pemkab Sleman Dorong Hilirisasi Pertanian Lewat Teknologi Pengeringan Cabai

judul gambar

SLEMAN, MediaTransparancy.com – Penggunaan solar dryer dome, teknologi pengering berbasis tenaga matahari, kini semakin populer di kalangan petani hortikultura. Dengan desain berbentuk kubah yang terbuat dari bahan polycarbonate, alat ini mampu bertahan hingga 30 tahun dan menjamin pengeringan yang lebih higienis dan efisien. Lantainya yang terbuat dari beton membantu menjaga suhu tetap stabil, membuat proses pengeringan lebih optimal.

Teknologi pengeringan seperti ini sangat penting bagi petani dan pelaku usaha olahan hortikultura, terutama untuk menjaga daya tahan produk tanpa kehilangan kualitas. Selama ini, pengeringan tradisional yang bergantung pada sinar matahari memiliki banyak kelemahan seperti risiko kerusakan akibat hujan, serangga, burung, atau jamur. Solar dryer dome hadir untuk mengatasi semua itu, memberikan solusi terhadap tantangan debu, hujan, dan sinar ultraviolet.

judul gambar

Plt. Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, dalam kunjungannya ke Koperasi PPHPM di Purwobinangun, Pakem, Jumat (4/10), mengingatkan pentingnya menjaga kualitas dan higienitas produk. “Pengeringan ini sangat membantu petani meningkatkan nilai tambah produk cabai dan upaya tunda jual,” katanya.

“Bantuan solar dryer dome ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar petani bisa menghasilkan produk berkualitas dan menjualnya hingga ke luar daerah,” tambah Suparmono.

Dalam kunjungan tersebut, Pengurus Koperasi PPHPM menyatakan bahwa teknologi dome ini jauh lebih efektif dibandingkan metode pengeringan tradisional. Nanang, salah satu pengurus koperasi, mengungkapkan, “Pengeringan dengan dome membuat cabai benar-benar kering hingga ke bagian dalam, tanpa jamur, lebih higienis, dan warna cabai tetap merah segar.”

Polycarbonate yang digunakan dalam dome juga menjadi kunci dalam menjaga kualitas hasil hortikultura. Suparmono menambahkan, “Produk yang dikeringkan bisa bertahan lebih lama, aroma tetap kuat, dan yang paling penting, mutunya terjaga.”

Dalam proses pengeringan, solar dryer dome mampu mengeringkan cabai hanya dalam waktu kurang dari 7 hari dengan tingkat kekeringan mencapai 90-100%. “Hasilnya maksimal, tidak ada yang terbuang atau busuk,” ujar Nanang.

Namun, ia juga mengakui bahwa kapasitas dome masih terbatas. “Satu unit dome hanya memiliki 24 tray dengan kapasitas total 240 kg cabai segar per sekali pengeringan,” jelasnya.

Koperasi PPHPM, yang telah berhasil memfasilitasi pemasaran cabai segar dari sekitar 6.500 petani di Sleman, mencatat jumlah cabai yang dikumpulkan setiap malam bisa mencapai 6-9 ton, dengan CMK (cabai merah keriting) mencapai 4-5 ton per malam. Karena keterbatasan kapasitas pengeringan, mayoritas cabai masih dijual dalam kondisi segar.

Saat ini, PPHPM sedang menjajaki potensi pasar cabai kering sebagai langkah diversifikasi usaha dan solusi menghadapi fluktuasi harga cabai segar. “Untuk menghasilkan 1 kg cabai kering dibutuhkan sekitar 5 kg cabai segar. Dengan harga cabai kering yang bisa mencapai Rp70.000 hingga Rp150.000 per kilogram, ini tentu bisa meningkatkan keuntungan petani,” papar Nanang.

Suparmono pun optimistis bahwa hilirisasi produk pertanian seperti ini bisa menjadi solusi kesejahteraan petani. “Kami mendorong petani tidak hanya fokus pada pemasaran produk segar, tetapi juga menambah nilai produk melalui pengeringan dan pengolahan,” pungkasnya.

Dengan dukungan teknologi pengeringan dan proyeksi pasar yang tepat, masa depan petani cabai Sleman terlihat semakin cerah.

judul gambar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *